CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI FASE D
CAPAIAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI FASE D
A. Rasional Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu
dan Budi Pekerti
Hakikat dan Esensi Pendidikan Agama Khonghucu tertuang dalam makna makna
mendidik. Mendidik adalah proses atau usaha menumbuhkan sifat-sifat baik
manusia dan menolong dari kekhilafannya. Tersurat dalam Catatan Kesusilaan
(Liji) tentang empat kekhilafan seorang pelajar, yaitu: Khilaf karena
terlalu banyak yang dipelajari (Duo Shi); khilaf karena terlalu sedikit yang
dipelajari (Gua Shi); khilaf karena menggampangkan (Yi Shi); dan khilaf
karena ingin segera berhenti belajar (Zhi Shi). Keempat masalah ini timbul
di hati yang tidak sama. Bila diketahui akan hatinya, kemudian akan dapat
menolong mereka dari kekhilafan itu. Sedangkan Pendidikan sangat menekankan
adanya suatu pandangan bahwa watak sejati manusia itu pada dasarnya baik.
Atas dasar keyakinan bahwa watak sejati manusia itu baik, maka esensi
pendidikan adalah mengajar sekaligus mendewasakan, dan pendidikan dalam
agama Khonghucu pada hakikatnya menjadikan orang tetap baik, bertahan pada
fitrah atau kodrat alaminya (xing), dan menolong dari kekhilafankekhilafan.
Tujuan Pendidikan Agama Khonghucu Secara khusus bertujuan membentuk manusia
berbudi luhur (Junzi) yang mampu menggemilangkan Kebajikan Watak Sejatinya,
mengasihi sesama dan berhenti pada Puncak Kebaikan. Pribadi yang luhur
inilah merupakan pondasi dalam menjawab tantangan perubahan zaman dan
membangun peradaban manusia dari masa ke masa. Oleh karena itu, pendidikan
secara umum bertujuan untuk mengubah rakyat dan menyempurnakan adat
istiadatnya. Tersurat dalam catatan kesusilaan, “Bila penguasa selalu memikirkan atau memperhatikan perundang-undangan, dan mencari orang baik dan tulus, ini cukup untuk
mendapat pujian, tetapi tidak cukup untuk menggerakkan orang banyak. Bila ia
berusaha mengembangkan masyarakat yang bajik dan bijak, dan dapat memahami
mereka yang jauh, ini cukup untuk menggerakkan rakyat, tetapi belum cukup
untuk mengubah rakyat. Bila ingin mengubah rakyat dan menyempurnakan adat
istiadatnya, dapatkah kita tidak harus melalui pendidikan?” (Li Ji. XVI: 1)
Peran dan Fungsi Pendidikan Agama Khonghucu sangat erat hubungannya dengan
keteladanan dan nasihat nabi Kongzi. Nabi Kongzi memberikan bimbingan untuk
senantiasa meneliti hakikat tiap perkara sehingga mampu memiliki pengetahuan
(hidup) yang cukup. Pengetahuan (hidup) yang cukup, maka dapatlah dicapai
tekad yang beriman. Dan dengan tekad yang beriman, maka dapatlah meluruskan
hati (mengendalikan nafsu) dan bersikap tepat. dengan hati lurus dan sikap
yang tepat inilah seseorang mampu membina dirinya dengan baik. Diri yang
terbina akan mampu membereskan rumah tangganya. dengan rumah tangga yang
beres, maka barulah dapat dicapai negara teratur. dan negara yang teratur
barulah dapat dicapai damai di dunia.
Ajaran agama merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan
harus dapat memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan. Sesuai dengan
tujuan pendidikan di atas, pendidikan agama Khonghucu sangat berperan
membentuk pribadi-pribadi yang luhur dan terbina. Diri yang terbina akan
berpengaruh pada keberesan rumah tangga. Jika ada keberesan dalam setiap
rumah tangga maka akan tercapai keteraturan dalam Negara. Jika setiap negara
teratur maka akan dapat dicapai damai didunia. Tersurat di dalam kitab Daxue bab utama pasa 4 dan 5: “Orang jaman dahulu yang hendak menggemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya itu pada tiap umat di
dunia, ia lebih dahulu berusaha mengatur negerinya; untuk mengatur
negerinya, ia lebih dahulu membereskan rumah tangganya; untuk membereskan
rumah tangganya, ia lebih dahulu membina dirinya; untuk membina dirinya, ia
lebih dahulu meluruskan hatinya; untuk meluruskan hatinya, ia lebih dahulu
mengimankan tekadnya; untuk mengimankan tekadnya, ia lebih dahulu
mencukupkan pengetahuannya; dan untuk mencukupkan pengetahuannya, ia meneliti hakekat tiap perkara dan “Dengan meneliti hakekat tiap perkara dapat cukuplah pengetahuannya; dengan cukup
pengetahuannya akan dapatlah mengimankan tekadnya; dengan tekad yang beriman
akan dapatlah meluruskan hatinya; dengan hati yang lurus akan dapatlah
membina dirinya; dengan diri yang terbina akan dapatlah membereskan rumah
tangganya; dengan rumah tangga yang beres akan dapatlah mengatur negerinya;
dan dengan negeri yang teratur akan dapat dicapai damai di dunia.”
Semuanya itu dimulai dari pembinaan diri sebagai pokok. Apabila setiap
insan mampu membina diri dengan baik maka Jalan Suci akan tumbuh dan
berkembang baik. Oleh karena itu, perilaku Junzi merupakan tujuan utama yang
ingin dan harus dicapai dalam pendidikan agama Khonghucu baik di rumah, di
sekolah maupun dalam kelembagaan agama Khonghucu.Maka sudah sewajarnya aspek
perilaku Junzi harus menjadi porsi terbesar dan utama dalam pendidikan agama
Khonghucu di sekolah.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti meliputi usaha
memuliakan hubungan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta dengan prinsip
satya kepada Tuhan (Zhong Yu Tian); memuliakan hubungan dengan manusia sebagai sesama, dengan prinsip
tepaselira/tenggang rasa kepada sesama (Shu Yu Ren), dan usaha memuliakan hubungan dengan alam sebagai sarana, dengan prinsip
selaras/harmonis dengan alam semesta (He Yu Di).
Prinsip Pembelajaran Pendidikan Agama Khonghucu terdiri atas 3 hal: (1)
menerapkan nilai-nilai melalui keteladanan dan membangun kemauan, (2) siapa
saja adakah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas,
dan (3) mencari tahu, bukan diberi tahu. Secara mendetail dijelaskan sebagai
berikut:
(1)
Menerapkan nilai-nilai melalui keteladanan dan membangun kemauan,
Sebagaimana telah ditegaskan di atas tentang cara seorang bijaksana
memberikan pendidikan: Di depan “… Ia membimbing berjalan dan tidak menyeret; di tengah, “Ia menguatkan dan tidak menjerakan; Di belakang, “Ia membuka jalan tetapi tidak menuntun sampai akhir pencapaian. Membimbing berjalan, tidak menyeret menumbuhkan keharmonisan; menguatkan
dan tidak menjerakan, itu memberi kemudahan; dan, membukakan jalan tetapi
tidak menuntun sampai akhir pencapaian, menjadikan orang berpikir.
Menimbulkan keharmonisan, memberi kemudahan dan menjadikan orang berpikir, itu pendidikan yang baik.”
(2)
Siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas, Kongzi bersabda, “Tiap kali jalan bertiga, niscaya ada yang dapat kujadikan guru; Kupilih yang baik, Ku ikuti dan yang tidak baik Ku perbaiki.” (Lunyu. VII:
22), “Di dalam kesusilaan (Li) ku dengar bagaimana mengambil seseorang sebagai suritauladan, tidak
kudengar bagaimana berupaya agar diambil sebagai teladan. Di dalam
kesusilaan kudengar bagaimana orang datang untuk belajar, tidak kudengar bagaimana orang pergi untuk mendidik.”
“Biar ada makanan lezat, bila tidak dimakan, orang tidak tahu bagaimana rasanya; biar ada Jalan Suci yang Agung, bila tidak belajar,
orang tidak tahu bagaimana kebaikannya. Maka belajar menjadikan orang tahu
kekurangan dirinya, dan mengajar menjadikan orang tahu kesulitannya. Dengan
mengetahui kekurangan dirinya, orang dipacu mawas diri; dan dengan
mengetahui kesulitannya, orang dipacu menguatkan diri (Zi Qiang). Maka dikatakan, “Mengajar dan belajar itu saling mendukung. “Nabi
Yue bersabda, “Mengajar itu setengah belajar.” (Shu Jing IV. VIII. C. 5) Ini kiranya memaksudkan hal itu.” (Li Ji. XVI: 3)
(3)
Mencari tahu, bukan diberi tahu; Kongzi bersabda, “Jika diberi tahu satu sudut tetapi tidak mau mencari ketiga sudut lainnya, aku tidak mau memberi tahu lebih lanjut.”, “Kalau di dalam membimbing belajar orang hanya mencatat pertanyaan, itu belum memenuhi syarat sebagai
guru orang. Tidak haruskah guru mendengar pertanyaan? Ya, tetapi bila murid
tidak mampu bertanya, guru wajib memberi uraian penjelasan, setelah
demikian, sekalipun dihentikan, itu masih boleh.”
Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru kepeserta didik.
Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam membentuk
pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis,
mengadakan justifikasi. Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator.
“Kini, orang di dalam mengajar, (guru) bergumam membaca tablet (buku bilah dari bambu) yang diletakkan di hadapannya, setelah selesai lalu
banyak-banyak memberi pertanyaan. Mereka hanya bicara tentang berapa banyak
pelajaran yang telah dimajukan dan tidak diperhatikan apa yang telah dapat
dihayati; ia menyuruh orang dengan tidak melalui cara yang tulus, dan
mengajar orang dengan tidak sepenuh kemampuannya. Cara memberi pelajaran
yang demikian ini bertentangan dengan kebenaran dan yang belajar patah
semangat. Dengan cara itu, pelajar akan putus asa dan membenci gurunya;
mereka dipahitkan oleh kesukaran dan tidak mengerti apa manfaatnya. Biarpun
mereka nampak tamat tugas-tugasnya, tetapi dengan cepat akan
meninggalkannya. Kegagalan pendidikan, bukankah karena hal itu?” (Li Ji. XVI: 10)
B. Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi
Pekerti
Mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti bertujuan:
1. Membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tian
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan
kerukunan hubungan inter dan antara umat beragama” dalam kehiduapn pribadi, keluarga, masyrakat, berbangsa dan bernegara serta kehidupan masyarakat dunia.
2. Membentuk manusia berbudi luhur (Junzi) yang mampu mengembangkan Kebajikan Watak Sejatinya, mengasihi sesama dan
berhenti pada Puncak Kebaikan. Menumbuhkan sifat-sifat baik peserta didik
dan menolongnya dari kekhilafan.
3. Memastikan peserta didik teguh dalam usaha menumbuhkembangkan iman melalui
pemahaman, penghayatan, pengamalan, tentang Watak Sejatinya (Xing) sehingga dapat bertahan pada kodrat suci yang difirmankan Tuhan.
4. Mengembangkan pemahaman mewujudkan manusia yang sadar tugas dan tanggung
jawabnya baik secara vertikal kepada Tian, maupun secara horizontal kepada sesama manusia dan alam semesta.
C. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
Mata pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu digambarkan melalui 5 elemen yang
meliputi (1) Sejarah Suci, (2) Kitab Suci, (3) Keimanan, (4) Tata Ibadah,
dan (5) Perilaku Junzi. Kelima elemen tersebut dicapai dengan kecakapan
dalam pembinaan diri, empati, komunikasi, refleksi, berpikir kritis, kreatif
dan kolaborasi
Elemen-Elemen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu seperti berikut:
Elemen |
Deskripsi |
Sejarah Suci |
Mengkaji secara kritis dan komprehensif tentang rentan waktu
perjalanan sejarah Agama Khonghucu, mengenal hikayat tokoh-tokoh
teladan dalam agama Khonghucu yaitu Nabi Kongzi dan Murid-muridnya,
Para Raja Suci (Shen Ming) sebagai panutan untuk dapat dijadikan teladan dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai refleksi dan pengetahuan
keteladanan tentang sejarah perilaku Cinta Kasih, Kebenaran,
Kesusilaan, Kebijaksanaan dalam perjalanan sejarah agama Khonghucu.
|
Kitab Suci |
Mengkaji karakteristik dan makna yang terkandung dalam Kitab Suci
agama Khonghucu yang terdiri dari Kitab Yang Pokok yaitu Kitab Sishu
dan Kitab Yang Mendasari yaitu kitab Wujing
sebagai fondasi dasar dalam perilaku Junzi. Sebagai pedoman dan anjuran tentang isi dari seluruh ajaran agama
Khonghucu untuk dapat direfleksikan dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari agar menjadi pedoman hidup dalam menjalankan
tugas-tugas kemanusian dalam hubungan dengan sesama manusia, alam
semesta dan Pencipta. |
Keimanan |
Peserta didik dapat meyakini dan memuliakan eksistensi Tian
Tuhan Yang Maha Esa sebagai Pencipta Alam Semesta dan memahami
fungsi manusia sebagai co creator
yang memiliki keterbatasan untuk dapat mendalami dimensi
spiritualitas tentang hubungan manusia dengan penciptanya. Meyakini
tugas kenabian Nabi Kongzi sebagai pembimbing dan penyelamat manusia
dimana manusia diharapkan dengan konsisten menjalankan semua saran
dan nasehat Nabi Kongzi untuk berguna sebagai salah satu makhluk
ciptaan Tuhan yang dapat berkontribusi pada keharmonisan dalam
seluruh alam semesta dan meyakini peran serta Leluhur serta Para
Suci (Shen Ming) sebagai representasi dari Sang pencipta yang wajib dimuliakan dan
dihormati dalam dimensi spiritualitas segala perilaku tiap manusia.
|
Tata Ibadah |
Sebagai wujud dari kesusilaan, pedoman melaksanakan tata ibadah
cara keteraturan dalam ritual persembahyangan kepada Tian
Tuhan YME, Nabi Kongzi dan Para Leluhur serta Para Suci (Shen Ming), sikap dalam bersembahyang, sikap tata cara menghormati sesama
manusia, mengetahui dan memaknai pentingnya makna yang terkandung
dalam setiap perayaan Hari Raya persembahyangan umat Khonghucu.
|
Perilaku Junzi |
Peserta didik dapat mengenali dirinya sendiri, sebagai individu,
bagian dari masyarakat dan lingkungannya, sebagai warga negara
Indonesia dan warga negara dunia. Sebuah perilaku menjadi manusia
yang berbudi luhur yang menjunjung cinta kasih, kebenaran,
kesusilaan, kebijaksanaan dan dapat dipercaya yaitu Lima Kebajikan
(Wu Chang), Lima Hubungan Kemasyarakatan (Wu Lun) dan Delapan Kebajikan (Ba De) serta selalu berbakti kepada orang tua, keluarga, masyarakat,
negara dan alam semesta, sikap yang selalu ingin belajar dari tempat
rendah terus maju menuju jalan Suci (Dao), sikap tidak keluh gerutu kepada Tian
serta sesal penyalahan terhadap sesama manusia dan alam semesta |
D. Capaian Pembelajaran Setiap Fase Mata Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B)
Pada akhir Fase D, pelajar mampu menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya terhadap lingkungan
sosial, dan alam sekitar.Pelajar memiliki sikap tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
sosial dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam. Dalam elemen Sejarah Suci,
peserta didik menghayati Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi Muduo, membuat peta
perjalanan Nabi Kongzi dalam pengembaraannya sebagai Tian Zi Mu Duo,
mendiskusikan sikap dan perilaku Nabi Kongzi untuk menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari, menceritakan kisah Min Ziqian, menemukan makna
tersirat dari rangkaian turunnya wahyu dalam agama Khonghucu, menganalisis
peta dan rangkuman sikap dan kebijaksanaan Nabi Kongzi dalam
pengembaraan-nya sebagai Tian Zi Mu Duo, menelaah Kisah Zhuxi Menelaah kisah
raja Zhou Gong Dan, mengenal Kisah Raja Cheng Tang, mengenal Kisah
keteladanan Jenderal Yue Fei dalam sosok patriotisme dan cinta negara, Dan
menceritakan fase-fase kehidupan Nabi Kongzi. Pada elemen Kitab Suci,
peserta didik menyebutkan ayat suci yang terdapat dalam kitab Sishu yang
berkaitan dengan Tian Zi Mu Duo, menemukan ayat dalam kitab Wujing yang
berkaitan dengan Upacara Persembahyangan, membuat Struktur skematik isi
kitab Sishu dan Wujing, mengkorelasikan secara garis besar bagian kitab
Sishu dan kitab Xiao Jing, menemukan ayat suci yang terdapat dalam kitab
Wujing (Liji) tentang persembahyangan kepada Tian, dan menemukan ayat suci
dalam kitab Sishu yang berkaitan dengan upacara Li Yuan. Dalam elemen
Keimanan, peserta didik meyakini ajaran agama sebagai pembimbing hidup
menempuh Jalan suci, meyakini ajaran Khonghucu adalah wahyu Tian yang
diturunkan melalui para nabi, menghayati makna dan nilai-nilai agama bagi
kehidupan manusia, memahami keimanan yang pokok (Chen Xin Zhi Zhi),
menganalisis Pengakuan Iman Yang Pokok (Chen Xin Zhi Zhi) dalam perilaku
sehari-hari, menganalisis bahwa benih-benih kebajikan watak sejati (Xing)
dalam diri manusia adalah Firman Tian, menegaskan makna bakti kepada orang
tua adalah jalan untuk sujud dan taat kepada Tian. meyakini bahwa hidup
menempuh jalan suci itulah yang diridhoi oleh Tuhan, meyakini bahwa
melakukan sembahyang kepada Tian dan Nabi Kongzi merupakan kewajiban pokok
yang harus selalu dilakukan dengan rutin, dan menghafal dan menghayati
Pengakuan Iman sebagai kalimat yang wajib diingat dan di laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari. Pada elemen Tata Ibadah, peserta didik menjelaskan
definisi, makna, fungsi, dan tujuan upacara persembahyangan dalam pengajaran
agama, Rutin melaksanakan kebaktian di Lithang/Miao sebagai bentuk kewajiban
terhadap agama yang diimani, mengenal macam-macam tempat-tempat ibadah umat
Khonghucu, mempraktikan cara bersujud kepada Tian, menguraikan tata cara
bersalam dan menghormat, menganalisis dupa (Xiang) dan Meja Abu (altar)
Leluhur, memaksimalkan praktek upacara sembahyang kepada leluhur,
menguraikan penggunaan dupa dalam sembahyang kepada Tuhan setiap pagi dan
sore, menganalisis upacara sembahyang kepada Nabi Kongzi, mengenal upacara
sembahyang kepada Tian, mengenal macam-macam upacara Li Yuan, memahami makna
dan manfaat kebaktian bagi diri sendiri dan umat, mengenal upacara kepada
Para Suci. Dan pada elemen Perilaku Junzi, peserta didik mengamalkan
keimanan yang pokok, mempraktikkan sikap hati-hati, sungguh-sungguh, rendah
hati, sederhana dan suka mengalah terhadap teman di lingkungan sekolah tanpa
memandang suku dan agama, berpartisipasi aktif dalam kegiatan lintas agama
sebagai bentuk syukur dan terima kasih atas kebijakan pemerintah yang
memberikan pelayanan yang setara dengan agama lain, memahami ciri-ciri
karakter dan perilaku Junzi, mempraktekkan Pokok-pokok ajaran moral agama
Khonghucu, mempraktekan poin-poin delapan kebajikan (Ba De), melakukan
kunjungan ke tempat ibadah agama lain sebagai bentuk persaudaraan terhadap
sesama, menganalisis makna Kebajikan (De), menetapkan jadual kegiatan
belajar dan menjalankannya dengan konsisten, menghayati pentingnya pembinaan
diri sebagai kewajiban pokok, menunjukkan sikap bakti (Xiao) kepada Tuhan,
Alam, dan orang tua, menunjukkan sikap hidup rukun dan toleran antar sesama
umat beragama, mempraktikkan sikap mengasihi sesama manusia dan usaha
berhenti pada puncak kebaikan dari salah-satu predikat yang disandang, dan
mempraktikkan hormat dan patuh kepada orang tua di rumah sebagai bentuk
perilaku bakti.
Fase D berdasarkan Elemen:
Elemen |
Capaian Pembelajaran |
Sejarah Suci |
Peserta didik menghayati Nabi Kongzi sebagai Tian Zhi Muduo,
membuat peta perjalanan Nabi Kongzi dalam pengembaraannya sebagai
Tian Zhi Mu Duo, mendiskusikan sikap dan perilaku Nabi Kongzi untuk
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, menceritakan kisah Min
Ziqian, menemukan makna tersirat dari rangkaian turunnya wahyu dalam
agama Khonghucu, menganalisis peta dan rangkuman sikap dan
kebijaksanaan Nabi Kongzi dalam pengembaraan-nya sebagai Tian Zhi Mu
Duo, menelaah Kisah Zhuxi Menelaah kisah raja Zhou Gong Dan,
mengenal Kisah Raja Cheng Tang, mengenal Kisah keteladanan Jenderal
Yue Fei dalam sosok patriotisme dan cinta negara, Dan menceritakan
fase-fase kehidupan Nabi Kongzi. |
Kitab Suci |
Peserta didik menyebutkan ayat suci yang terdapat dalam kitab Sishu
yang berkaitan dengan Tian Zhi Mu Duo, menemukan ayat dalam kitab
Wujing yang berkaitan dengan Upacara Persembahyangan, membuat
Struktur skematik isi kitab Sishu dan Wujing, mengkorelasikan secara
garis besar bagian kitab Sishu dan kitab Xiao Jing, menemukan ayat
suci yang terdapat dalam kitab Wujing (Liji) tentang persembahyangan
kepada Tian, dan menemukan ayat suci dalam kitab Sishu yang
berkaitan dengan upacara Li Yuan. |
Keimanan |
Peserta didik meyakini ajaran agama sebagai pembimbing hidup
menempuh Jalan suci, meyakini ajaran Khonghucu adalah wahyu Tian
yang diturunkan melalui para nabi, menghayati makna dan nilai-nilai
agama bagi kehidupan manusia, memahami keimanan yang pokok (Chen Xin
Zhi Zhi), menganalisis Pengakuan Iman Yang Pokok (Chen Xin Zhi Zhi)
dalam perilaku sehari-hari, menganalisis bahwa benih-benih kebajikan
watak sejati (Xing) dalam diri manusia adalah Firman Tian,
menegaskan makna bakti kepada orang tua adalah jalan untuk sujud dan
taat kepada Tian. meyakini bahwa hidup menempuh jalan suci itulah
yang diridhoi oleh Tuhan, meyakini bahwa melakukan sembahyang kepada
Tian dan Nabi Kongzi merupakan kewajiban pokok yang harus selalu
dilakukan dengan rutin, dan menghafal dan menghayati Pengakuan Iman
sebagai kalimat yang wajib diingat dan di laksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. |
Tata Ibadah |
Peserta didik menjelaskan definisi, makna, fungsi, dan tujuan
upacara persembahyangan dalam pengajaran agama, Rutin melaksanakan
kebaktian di Lithang/Miao sebagai bentuk kewajiban terhadap agama
yang diimani, mengenal macam-macam tempat-tempat ibadah umat
Khonghucu, mempraktikan cara bersujud kepada Tian, menguraikan tata
cara bersalam dan menghormat, menganalisis dupa (Xiang) dan Meja Abu
(altar) Leluhur, memaksimalkan praktek upacara sembahyang kepada
leluhur, menguraikan penggunaan dupa dalam sembahyang kepada Tuhan
setiap pagi dan sore, menganalisis upacara sembahyang kepada Nabi
Kongzi, mengenal upacara sembahyang kepada Tian, mengenal
macam-macam upacara Li Yuan, memahami makna dan manfaat kebaktian
bagi diri sendiri dan umat, mengenal upacara kepada Para Suci.
|
Perilaku Junzi |
Peserta didik mengamalkan keimanan yang pokok, mempraktikkan sikap
hati-hati, sungguh-sungguh, rendah hati, sederhana dan suka mengalah
terhadap teman di lingkungan sekolah tanpa memandang suku dan agama,
berpartisipasi aktif dalam kegiatan lintas agama sebagai bentuk
syukur dan terima kasih atas kebijakan pemerintah yang memberikan
pelayanan yang setara dengan agama lain, memahami ciri-ciri karakter
dan perilaku Junzi, mempraktekkan Pokok-pokok ajaran moral agama
Khonghucu, mempraktekan poin-poin delapan kebajikan (Ba De),
melakukan kunjungan ke tempat ibadah agama lain sebagai bentuk
persaudaraan terhadap sesama, menganalisis makna Kebajikan (De),
menetapkan jadual kegiatan belajar dan menjalankannya dengan
konsisten, menghayati pentingnya pembinaan diri sebagai kewajiban
pokok, menunjukkan sikap bakti (Xiao) kepada Tuhan, Alam, dan orang
tua, menunjukkan sikap hidup rukun dan toleran antar sesama umat
beragama, mempraktikkan sikap mengasihi sesama manusia dan usaha
berhenti pada puncak kebaikan dari salah-satu predikat yang
disandang, dan mempraktikkan hormat dan patuh kepada orang tua di
rumah sebagai bentuk perilaku bakti. |
Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Khonghucu Dan Budi Pekerti (pakhbk) fase lain dapat di lihat di bawah ini: